Saturday, June 16, 2007

Pernikahan Muhammad dan Khadijah 2

Suatu hari, Khadijah hendak mengirim kafilah dagang ke negeri Syam. Ia mencari seorang yang dapat diutusnya ke Syam utnuk mengawasi dan memimpin rombongan dagang tersebut. Saat itu, masyarakat Mekah sedang ramai membicarakan Muhammad ibnu Abdillah, seorang pemuda yang bisa menjaga kejujuran dan keluhuran budi di tengah rekan-rekan sebayanya yang sibuk berfoya-foya. Khadijah berpikir, mengapa tidak Muhammad saja yang ia utus untuk menangani urusan-urusan perdagangannya di Syam?


Muhammad adalah sosok yang jujur, dan kejujuran sangat penting dalam perdagangan. Tetapi, Khadijah tidak pernah mendengar Muhammad memiliki pengalaman berdagang. Pilihan itu sebenarnya beresiko. Khadijah hanya mengandalkan firasat dan nalurinya yang jarang salah. Akhirnya, Khadijah pun memanggil Muhammad dan mengajaknya berbincang-bincang mengenai perdagangan.



Dalam perbincangan itu, Khadijah menangkap kesan bahwa Muhammad merupakan seorang pemuda yang cerdas, santun, pandai menjaga diri, dan berpenampilan sempurna. Muhammad terlihat begitu tenang ketika diam dan terlihat begitu berpengaruh ketika berbicara. Ia selalu memperhatikan lawan bicaranya, mendengarkannya dengan teliti, dan tidak pernah memperlihatkan sikap setengah-setengah.



Sebagai seorang pedagang yang berpengalaman, Khadijah tahu bahwa Muhammad adalah orang yang ia cari. Khadijah berkata, "Aku memanggilmu berdasarkan apa yang kudengar dari orang-orang tentang perkataanmu yang jujur, integritasmu yang terpecaya, dan akhlakmu yang mulia. Aku memilihmu dan kubayar engkau dua kali lipat dari apa yang biasa diterima oleh orang lain dari kaummu"


Muhammad pun menerima tugas dengan senang hati


Khadijah juga mengamati gambaran fisik Muhammad. Cara ia berjalan menunjukkan rasa percaya diri yang tinggi. Posturnya seimbang, tidak terlalu pendek dan tidak terlalu tinggi, tidak telalu gemuk dan tidak pula terlalu kurus.

Khadijah juga ingat bahwa selama berbincang dengannya, Muhammad selalu menundukkan wajahnya. Hanya sekali, seingatnya, Muhammad mengangkatkan wajahnya, yaitu ketika Khadijah menawarkan tugas menjalankan urusan perdagangan di Syam. Saat itu, Muhammad tersenyum, mengangkat wajahnya sedikit, mengucapkan terima kasih, lalu kembali menunduk.



Muhammad memiliki kening yang lebar, dagu yang lepas, dan leher yang jenjang. Dadanya bidang. Matanya indah dan lebar dengan bola mata yang hitam pekat. Giginya putih cemerlang.



Agak mengherankan bahwa Khadijah memperhatikan semua ini. Ketampanan dan kegagahan Muhammad memang mampu memikat banyak orang. Tetapi, bukankah Khadijah memanggilnya urusan bisnis? Tampaknya, Khadijah tertarik kepada pribadi pemuda ini. Alangkah lembutnya keindahanyang terpancar dari wajah Muhammad. Alangkah indahnya senyum nipis yang menghiasi wajahnya. Khadijah merasakan bahwa apa yang ramai dibicarakan penduduk Mekah tentang Muhammad bukan merupakan isapan jempol belaka.



Setelah menerima tugas dari Khadijah, Muhammad bergegas menuju pamannya, Abu Thalib, untuk menceritakan tawaran kerja yang baru saja diterimanya. Abu Thalib pun turut bergembira. Ia berkata, "Ini adalah rezeki yang Allah berikan kepadamu"


Hari keberangkatan pun tiba. Penduduk Mekah, termasuk para paman Muhammad, beramai-ramai mengantar kafilah ke perbatasan kota. Kafilah pun bertolak menuju Syam



Dalam ekspidisi dagang ke Syam ini, Muhammad dibantu oleh seorang laki-laki bernama Maysarah. Khadijah berpesan agar Maysarah tidak membantah perintah Muhammad ataupun menentang pendapatnya



***
bersambung...
courtesy of Khadijah The True Love Story Of Muhammad by Abdul Mun'im Muhammad

No comments: